CERITA FABEL
RINGGO SI RUBAH KECIL YANG BERJIWA BESAR.
Di sebuah hutan yang bernama Atograzu bagian utara, hiduplah sebuah keluarga rubah. Mereka mempunyai anak kecil yang mereka beri nama Ringgo. Ringgo dan keluarganya tinggal bersama neneknya. Di hutan tersebut mereka hidup rukun dan saling menyayangi satu dengan yang lainnya. Hingga suatu hari Ringgo dan keluarganya harus pindah dari hutan tersebut.
Ringgo dan keluarganya menempati rumah baru di hutan Atograzu bagian selatan. Selain lebih dekat dengan tempat ayahnya bekerja, memang sudah waktunya keluarga mereka berpisah dengan keluarga nenek di bagian utara.
Ringgo sangat sedih harus berpisah dengan nenek dan teman-temannya. Namun demi melihat ayahnya yang setiap hari kepayahan harus menempuh jarak yang jauh setiap kali bekerja, Ringgo akhirnya menyetujui untuk ikut pindah ke rumah barunya.
Hari pertama dilingkungan barunya Ringgo sangatlah riang gembira. Diapun ingin segera berkeliling untuk melihat suasana dan berkenalan dengan teman-teman barunya.
“Hari ini aku akan berjalan-jalan keliling, siapa tahu aku akan bertemu teman baru,” kata Ringgo riang sambil mengibas-ngibaskan ekornya.
“Ibuuuu ... bolehkah aku bermain di luar hari ini?” seru Ringgo sambil menghambur ke pelukan ibunya.
“Boleh ... tapi ingat ya sebelum senja sudah dirumah, nanti kita makan malam sama-sama.”
“Baik ibu ... terimakasih.”
Ringgo membungkuk sebentar, seperti seorang hamba yang sedang memberi hormat kepada sang Raja. Tingkah lakunya ini membuat ibunya tersenyum. Ringgopun berjalan menyusuri jalanan. Hingga berhenti di sebuah pertigaan. Diapun bingung mau menempuh jalan yang mana.
“aduh….aku pilih yang mana ya, kekanan atau kekiri ?”
Belum sempat Ringgo membuat keputusan dari kejauhan sayup-sayup terdengar olehnya celotehan anak-anak yang sepertinya sedang asyik bermain. Ringgo mencari sumber suara itu, ternyata ada tanah lapang yang cukup luas di sebelah kanan pertigaan. Ringgo berjalan mendekat.
“Selamat pagi, aku Ringgo, anak baru di hutan ini, bolehkan aku ikut bermain?”
Mereka menoleh, seekor anak macan tutul memandangnya lekat. Lalu tertawa mengejek,
“Ahh .. tubuhmu kecil sekali apa mungkin kamu bisa berlari cepat mengelilingi tanah lapang ini untuk bermain kasti bersama kami.”
Semua tertawa terbahak-bahak. Ini membuat wajah Ringgo tiba-tiba berubah pias. Ringgo ingin marah kepada anak-anak itu. Tetapi pesan ibunya untuk bersabar selalu terngiang di telinga Ringgo.
“Bolehkan kucoba dulu, siapa tahu nanti aku malah yang akan menang,” Ringgo berkata sambil tersenyum jenaka.
“Iya lah ... kita ajak saja dia bermain, makin banyak anak kan makin rame,”
Tito si anak Jerapah mendekati Ringgo.
“Kenalkan akuTito, timku kurang satu anggota, kamu boleh bergabung dengan timku.”
“Terima kasih Tito. Aku akan berusaha semampuku,” Tito tersenyum lalu mengajak Ringgo bergabung dengan timnya.
Pertandingan kastipun dimulai. Tim Boni mendapat giliran pertama untuk bermain sedangkan Tim Tito berjaga. Boni gesit sekali memukul bola dan berlari ke arah pos yang paling jauh, sehingga langsung mencetak nilai yang tinggi. Sasi si angsa mencatat nilai dengan seksama sambil sekali-kali membetulkan letak kacamatanya.
Akhirnya Tito berhasil mematahkan permainan tim Boni setelah lemparan bola kastinya mengenai Gigo si kucing. Ringgo buru-buru mendekati Tito, lalu mereka berbisik-bisik sebentar.
“Aah ... cemerlang sekali gagasanmu Ringgo, mari kita coba, semangat yaa!”
Boni mengamati dengan heran ketika Tim Tito malah saling mendekat dan berkumpul, bukannya buru-buru bermain kasti.
“SEMANGAAATTT!!” Ringgo berteriak, diikuti anggota tim yang lain sambil mengepalkan tangan.
Dika si anjing hutan memukul bola pertama kali, lemparan bolanya tidak begitu jauh, tapi kecepatan lari Dika membuat dia berhasil mencapai pos kedua. Lalu disusul Tito, Tito berhasil mencapai pos ketiga.
“Hei .. Ringgo, kau tidak ikut ? atau cuma memberi semangat saja ? lihat itu temanmu masih berkumpul dipos belum ada satupun yang kembali ke rumah,” ejek Boni.
Ringgo bergeming, dia seperti siap-siap hendak melakukan suatu gerakan dan akhirnya,
“HAAAAP!!!!”
Ringgo memukul bola dengan sekuat tenaga. Meski tidak terlalu jauh lemparannya, tapi dia berlari dan melompat dengan gesit. Saat melewati pos ketiga, bola sudah berada di tangan Raki. Si kambing jantan kelompok Boni yang jago membidik. Ringgo meneruskan larinya ke pos terakhir.
Ketika Raki bersiap-siap membidiknya dengan bola kasti Ringgo melompat dengan tangkas. Semua menahan nafas dan akhirnya Ringgo lolos dari bidikan Raki.“Ringgo ... kamu hebattt!!!” seru Beno.
Ringgo Menggoyang-goyangkan ekornya sambil tersenyum. Tapi sayang, tim Ringgo belum ada yang bisa kembali kerumah, sehingga belum mendapatkan nilai. Harapan terakhir adalah pukulan Beno.
Beno memang terkenal sebagi pemukul bola kasti yang jitu. Dan akhirnya Beno memukul bola kasti dengan sekuat tenaganya.
... bola melayang jauh, semua tim Boni sibuk mencari bola hingga ke semak ujung lapangan. Tito, Dika dan Ringgo berlari cepat kembali ke rumah.
“HORAAAYYYYYY !!!!!”
Semua bersorak, saat tim Tito berhasil mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari Tim Boni. Boni diam di ujung lapangan. Ketika semua mengelu-elukan Ringgo yang pantang menyerah lagi cerdik. “Boni ... bolehkah aku jadi temanmu?” Boni terdiam
“Maafkan aku ya ...”
“Tidak apa-apa Boni, yang penting sekarang kita berteman kan?” kata Ringgo sambil mengedip-ngedipkan matanya.
Mereka tertawa berdua, anak-anak lain mengelilingi mereka sambil bergandengan tangan, menyanyi dan menari bersuka ria.
Peta Konsep dari unsur intrinsik dalam fabel diatas:
Komentar
Posting Komentar